Foto: Koleksi Pribadi Elysa_RA |
Perkenalkan, Drh. Nyoman Sakyarsih, seorang ibu yang mengenalkan alam pada anaknya sejak usia dini. Sangat dini. Wanita berdarah Bali ini telah menjelajahi 15 gunung di tanah air bersama buah hati tercintanya, Max, sebelum usianya mencapai 2 tahun. Sebuah perjalanan mendebarkan nan mengharukan bersama si kecil Max. Mungkin kamu berpikir tentang ketakutan-ketakutan dan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi kapan pun selama perjalanan. Tetapi semua ketakutan itu beliau kurung dalam keceriaan dan senyum lepasnya bersama jagoan kecilnya, Max. Sebuah hobi yang tak boleh surut oleh perjalanan hidup yang menuntut.
Nah, sekarang, apakah kamu sudah merencanakan pernikahan? Apakah pernikahanmu kelak akan membuat hobi mendakimu tersendat? Jawablah semua pertanyaan ini setelah menyimak ulasan berikut ini. Kisah inspiratif untuk kamu semua dari Mom dan Max.
1. Menikah bukan alasan untuk gantung carrier. Menikah justru bikin kamu lebih matang dalam melangkah
Sejatinya, menikah bukan alasan untuk tidak bisa melakukan banyak kegiatan. Dengan menikah, kamu justru bisa melakukan banyak kegiatan yang tidak bisa kamu kerjakan ketika masih hidup sendiri. Kamu akan membina bahtera rumah tangga, dan kelak akan menimang bayi-bayi yang lucu dan menggemaskan. Bedanya adalah, sewaktu jomblo mungkin kamu bisa kemana-mana sendiri atau bersama kawanmu. Ketika sudah menikah, petualanganmu masih bisa berlanjut bersama pasangan dan anak-anakmu. Bukannya lebih membahagiakan, bukan?
2. Bahkan setelah melahirkan, harusnya kamu nggak ada alasan untuk nggak mendaki. Apalagi kalau sudah jadi hobi
Bisa dibilang, mendaki gunung adalah sebuah hobi. Banyak orang mengurungkan hobi dan minatnya setelah berevolusi menjadi seorang yang bukan dirinya sendiri, menikah misalnya. Dengan status menikah, tak jarang orang enggan melakukan lagi hobi dan kegemarannya. Mereka lebih ingin menghabiskan waktu bersama anak dan istri/suaminya.
Tak terkecuali dengan drh. Nyomie yang selalu ingin selalu ingin menghabiskan waktu liburan bersama anak semata wayangnya, Max. Mendaki sudah seperti darah dagingnya sendiri. Bahkan, ketika Max berusia lima bulan, wanita bernama lengkap Nyoman Sakyarsih ini sudah mengajaknya untuk menjelajah Gunung Bromo. Nah, di usiamu sekarang, sudah ke mana saja kamu berpetualang?
3. Mendaki dan berwisata alam adalah cara tepat untuk refreshing. Meluangkan waktu untuk liburan itu juga penting loh!
Padatnya kegiatan kampus dan pekerjaan membuat hari-harimu terasa berat,memang wajar adanya. Ada banyak cara untuk menyegarkan pikiran yang sudah lima hari kerja ditempa beban pekerjaan dan tugas kuliah. Entah dengan istirahat, nonton bioskop, jalan-jalan, kumpul sama teman-teman, dan sebagainya. Bahkan sebagian dari kamu ada juga yang menghabiskan waktu libur hanya ‘bertapa’ di kamar atau di kosan. Ini yang membuat hari liburmu menjadi sesuram hari Senin.
Untuk menambah referensi liburan, kamu bisa mencontoh drh. Nyomie ini loh. Berporofesi sebagai dokter hewan sekaligus seorang ibu, tentu beliau memiliki tingkat kepadatan hari yang tidak perlu kamu ragukan lagi. Meski begitu, beliau selalu memanfaatkan hari liburnya dengan totalitas. Mengajak si kecil Max bermain dengan alam, mengenalkannya pada dunia yang jauh lebih indah daripada sekadar gadget dan teknologi. Justru dengan begitu, beliau bisa mengajarkan kepada anaknya tentang makna kehidupan, dan bisa lebih dekat dengan darah dagingnya sendiri. Ajarkan nilai-nilai dari alam untuk anakmu kelak, ya!
4. Masalah parenting, mengenalkan anak pada alam jauh lebih bermanfaat daripada hanya sebatas main di kamar dengan menggenggam gadget
Ketika kamu sudah menikah dan memiliki anak, perlakuan apa yang akan kamu berikan kepada anakmu? Biarkan mereka tahu seperti apa dunia ini sebenarnya. Bahkan seorang ahli psikologi mengatakan, tidak dianjurkan untuk mengucapkan kata larangan/negasi pada anakmu. Hal itu akan mempengaruhi psikologisnya di kemudian hari. Setali tiga uang dengan Max kecil. Dokter hewan yang biasa membahasakan dirinya dipanggil Mom ini telah mentradisikan ‘berani kotor’ pada buah hatinya. Beliau tidak segan membiarkan anaknya bermain dengan alam. Toh, mengenal alam sejak usia dini tidak akan berdampak buruk pada usia dewasanya kelak. Akan lebih baik mengajarinya berenang atau bermain pasir Gunung Semeru ‘kan daripada kamu mendidik anakmu nanti hanya dengan segenggam gadget? Pertimbangkanlah, Travelers!
5. Max, si kecil yang pada usia kurang dari dua tahun sudah menjelajah Rinjani. Kamu umur segini sudah ke mana aja?
Buat kamu yang memang hobi traveling,apalagi mendaki gunung, sudah seberapa jauhkah perjalananmu? Meski kamu sudah menikah, memiliki buah hati, dan kesibukan lainnya, jangan pernah pendam hobi dan kegemaranmu. Bukankah hobi yang terbayar (entah dengan materi atau batin) akan lebih memuaskan?
Tiada yang lebih mahal nilainya daripada menyalurkan hobi dan kegemaran, seperti mendaki gunung. Apalagi mengajak si buah hati dalam perjalanan yang tak biasa orang lakukan. Dengan persiapan yang sangat matang, tentu perjalanan akan terasa sangat menyenangkan, dan sebuah kepuasan batin yang bisa digenggam. Begitulah wanita asal Bali ini menghabiskan kesehariannya bersama si Max kecil, selain dengan para hewan yang butuh suntikan.
PS. Bahkan, lebih hebatnya lagi, di usia kurang dari dua tahun, Max sudah diajaknya mengenal 15 gunung di Indonesia, termasuk Gunung Rinjani pada usia 1 tahun 11 bulan. Kamu, apa kabar? Gunung apa saja yang sudah kamu jamah?
6. Mendaki gunung bukan hanya untuk gaya-gayaan. Patuhi peraturan lisan dan tertulis yang sudah dianjurkan
Untuk menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan, budayakanlah untuk selalu menaati peraturan. Kelestarian alam akan membuat kita nyaman ketika kita bisa menjaganya dengan baik. Adanya peraturan lisan dan tertulis dari alam, sudah seharusnya kita patuhi. Buat kamu yang suka berwisata alam, tentu sudah paham, ‘kan?
Masalahparenting,usahakanlah membiasakan anakmu kelak untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. Disiplin dalam kebersihan itu penting. Selain sebagian dari iman, kebersihan juga akan membuat kita nyaman berada di manapun. Apalagi kebersihan di gunung! Itu penting banget! Oh iya, Max nggak boleh ke Puncak Semeru karena belum genap 10 tahun. Mom dan Max mematuhi peraturan tersebut untuk tidak menggapai 3.676 mdpl. Nah, pendaki jaman sekarang? Sudah dihimbau tidak ndaki Rinjani pas meletus, tetap saja nekad. Belum yang nekad ndaki pas kebakaran dan bahkan selfie berujung maut. Belajarlah dari anak ini!
7. Dengan kamu belajar mengenal alam, kamu akan tahu arti dari sebuah perjuangan. Dan itu tentu akan berguna bagi kehidupan
Mengenal alam secara baik, akan
membuat seseorang menjadi lebih bijak dalam melangkah. Mendaki gunung
yang diawali dengan persiapan peralatan dan ketahanan tubuh, perjalanan
panjang, menerjang terjal bebatuan dan cuaca yang berubah sewaktu-waktu,
tentu akan mengingatkanmu bahwa kehidupan tak semudah yang kamu
bayangkan. Bukan sebatas ‘gaya-gayaan’, mendaki gunung akan membuatmu
mengerti seperti apa kehidupan itu sebenarnya. Esensi nyata dari sebuah
pendakian adalah refleksi kehidupan yang kamu dan orang-orang rasakan
selama ini. Setelah itu kamu akan mengerti arti sebuah perjuangan dalam
kehidupanmu yang kian matang.
Nah,
setelah kamu membaca ulasan ini, masih adakah penghalang untukmu terus
melangkah? Semoga pernikahan, perubahan usia, dan segalanya tak
menjadikan rintangan bagimu untuk tetap mengerjakan hobimu. Contohlah
bagaimana Mom mendidik Max dalam perjuangan yang tak mudah untuk anak
seusianya. Lagi lucu-lucunya lagi. Cium jauh buat Max!
Untukmu,
anak muda Indonesia. Jadikahlah pelajaranitu sebagai inspirasi
semangatmu dalam memperjuangkan kehidupanmu kelak, sepertidrh. Nyomie
dan Max. Yakin kan? Salam lestari!
*Artikel ini dikutip dari: http://www.hipwee.com/travel/petualangan-mom-dan-max-ibu-dan-anak-yang-menjelajah-15-gunung-kisah-inspiratif-untuk-anak-muda-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar